Thursday 3 January 2019

Hanya menepi sejenak




Celoteh dan teriakan anak-anak.. disela tubuh yang lelah, katung mata yang menghitam.. penampakan rumah yang MasyaaAlloh penuh "hiasan" dimana-mana.. belum lagi gigi geraham yang senut-senut, entah, mungkin tambalan sudah tidak efektif lagi..

Rasanya ingin menepi sejenak, menikmati chrysanthemum tea.. menulis entah apa, hingga sedikit berkurang isi dikepala. Huhu.. baiklah, dan disinilah aku, bersama setengah mug chrysantemum tea, disamping si bungsu yang tengah tertidur.

Tarik nafas, lepaskan.. dalam keadaan lelah dan marah tidak ada komunikasi, yang ada adalah emosi. Dan semua itu akan berloncatan, meluncur lewat lisan dan gesture. Dan anak akan meniru..

Ya Allah, kadang merasa begitu beratnya menjadi orangtua, tidak boleh terus-menerus marah, tidak boleh sakit, tidak boleh memerintah, tidak boleh melabeli, harus terus menjaga "hati", tidak boleh berwajah masam, bertanggung jawab mengajarkan banyak hal.. haish, banyak sekali tidak boleh, padahal orangtua juga manusia..

Inilah ujian, kenapa seorang ibu dikatakan ditelapak kakinya lah surga, karena perjuangan nya tak kenal lelah.. kau tau rasanya? begitu menginginkan makan sesuatu tapi ketika ada, anaknya pun ingin memakannya, maka dibuang keinginannya jauh-jauh, diberikan makanan itu pada anaknya. Kau tau rasanya ketika kepala pening, badan meriang dan mau tak mau dia harus tetap mengurus anaknya yang masih kecil, menggendongnya dengan menahan pening, memandikannya dengan menahan gemetar. Kau tau rasanya? Ketika sedang menikmati makannya, tetiba harus membersihkan pup anaknya. Belum lagi ketika anak beranjak remaja, dewasa, seringkali mendebat orangtuanya, dan mereka harus bisa bersabar atasnya, sabar dengan cintanya yang tak terbatas.. sabar dengan cintanya yang tanpa syarat..

Aku membayangkan menjadi diriku dimasa kecil dulu.. yang aku butuhkan adalah kasih sayang bapak dan ibu, dukungan ketika orang disekitar menunjuk hidungku dan berkata aku salah, kata-kata afirmasi, bahwa aku berharga dan dicintai.. pelukan hangat dengan senyuman manis..

Yaa.. dan engkau anak-anakku.. maafkan bunda jikalah belum bisa memenuhi semua itu. Tapi didasar hati yang paling dalam, bunda mencintaimu.. apapun adanya dirimu.. bagaimanapun orang lain memandangmu.. bunda ridho padamu, semoga begitupun Alloh ridho dengan kalian..

Uhibbukum fillah.. 
Sore, menjelang selesai liburan

0 comments:

Post a Comment