Tuesday 20 August 2019

Ketika anak bertanya (FAQ yg biasa diajukan anak mengenai seksualitas dan cara menjawabnya

*FAQ seksualitas oleh anak:*

1. Adik bayi datangnya dari mana ya mama?...(biasanya pertanyaan anak usia 4-5th)

*Jawab:* Ada tempat khusus didalam perut mama,dimana adik bayi tinggal selama 9 bulan diperut mama waktu hamil, adik bayi akan keluar dari perut mama lewat vagina. Vagina bisa dilewati adik bayi karena elastis. Dan Jika melahirkan sesar,tunjukan bagian perut tempat keluarnya bayi.

2. Apa bedanya laki-laki dan perempuan?
*Jawab:*
Pertanyaan ini muncul karena anak ingin mengidentifikasi dirinya. Bila pertanyaan ini dilontarkan, orangtua dapat mlenerangkan perbedaan tubuh laki-laki dan perempuan. Misalnya aja dengan menerangkan, laki-laki punya penis dan perempuan memiliki vagina. Bisa juga kata penis dan vagina diganti dengan bahasa daerah yang biasa digunakan di rumah, yang penting jangan sampai menggunakan istilah yang salah atau analogi yang tidak tepat.

3. Kalau banci itu apa?
*Jawab:*
Biasanya pertanyaan ini muncul setelah ia bergaul dengan teman-temannya di luar rumah. Misalnya saja ia dan teman-temannya melihat pengamen berwajah laki-laki yang memakai baju perempuan. Orangtua dapat menerangkan bahwa itu laki-laki namun dia senang memakai pakaian perempuan. Kita tidak boleh seperti banci. Kalau laki-laki harus memakai pakaian laki-laki, sedangkan kalau perempuan harus memakai pakaian perempuan.

4. Ma, kata nenek adek keluarnya dari perut, kalau teteh keluarnya dari mana Ma?
*Jawab:*
Mungkin pertanyaan ini muncul karena ia merekam cerita anggota keluarga. Sang anak tahu dari neneknya kalau ia keluar lewat perut. Orangtua dapat menjawab, "Iya, waktu melahirkan Ade, Mama dioperasi. Ade dikeluarin dari perut. Kalau teteh keluarnya lewat lubang di bawah perut Mama, namanya vagina.

5. Melahirkan itu sakit atau nggak?
*Jawab:*
Pertanyaan ini muncul karena mungkin saja ia pernah mendengar obrolan bahwa melahirkan itu mengeluarkan darah. Orangtua hendaknya dapat bersikap bijak menanggapi pertanyaan ini dengan mengimbanginya dengan hal positif. Sehingga anak tidak hanya membayangkan proses melahirkan sebagai sesuatu yang mengerikan, tetapi juga memiliki unsur bahagia. Orangtua dapat berkata "iya sayang, tapi cuma sebentar kok. Sudah itu hilang rasa sakitnya. Mama senang bisa lihat adik bayi yang lucu."

6. Kalau udah gede nanti, adek bisa hamil kayak Mama nggak?
*Jawab:*
Pertanyaan ini dapat digunakan orangtua untuk menjelaskan perbedaan laki-laki dan perempuan. Kepada anak laki-laki orangtua dapat berkata "Nggak sayang, adek kan laki-laki. Laki-laki nggak bisa hamil soalnya kan laki-laki nggak punya rahim. Jadi hanya perempuan yang bisa hamil.

7. Rahim itu apa sih?
*Jawab:*
Bila anak kembali bertanya untuk mendapat jawaban yang lebih detail seperti ini, barulah orangtua menjelaskannya dengan mengatakan bahwa Allah memberikan tempat untuk adik bayi di dalam tubuh perempuan. Tempat itulah disebut rahim.

8. Ketiak Mama ada rambutnya, kok adek nggak?
*Jawab:*
Pertanyaan ini muncul karena anak ingin mengetahui apakah dirinya normal atau tidak. Orangtua hendaknya peka terhadap pertanyaan ini. Selain memberikan jawaban, orangtua pun mesti memberikan harapan pada anak. Tidak cukup hanya dengan berkata, "Ya iya lah.. Mama kan udah gede."
Jawaban seperti itu akan membuat anak merasabahwa dirinya tidak sehebat orangtua nya. Sebaiknya orangtua menjawab dengan nada empati. "Adek, nanti kalau Adek sudah besar seperti Mama, ketek Adek juga pasti tumbuh rambut." Dengan jawaban seperti itu, anak merasa bahwa dirinya menjadi subjek pembicaraan.

Diskusi peer group 10.

Peran lingkungan dan perlindungan terhadap kejahatan seksual


Pdnyimpangan seksualitas, pencegahan dan solusinya

Agar Kecenderungan Seksual Anak Terarah
Kecenderungan seksual diciptakan Allah swt pada diri manusia agar menjadi media kelangsungan dan reproduksi bagi seluruh makhluk, termasuk di antaranya manusia.
Agar kecenderungan seksual dalam diri anak mengalir dengan tenang tanpa gangguan eksternal yang dapat menyebabkannya melenceng dari perilaku yang lurus, Islam menjaga anak-anak dengan memberinya perintah dan larangan.
Hal itu dilakukan agar kecenderungan seksualnya menjadi terarah, sehingga tetap menjadi pribadi yang proporsional dan suci tanpa penyelewengan.
Namun meski ada perintah dan larangan dalam Islam, ternyata _dari dulu hingga saat ini masih ada penyimpangan seksual yang terjadi_. Kita bisa ambil pelajaran dari kaum Nabi Luth yang dikisahkan dalam QS Al-A’raaf ayat 80-81.
Maksud dari penyimpangan seksual di sini adalah orang yang berpikir, bersikap, dan bertindak tidak sesuai dengan gendernya.
Padahal, berpikir, bersikap, dan bertindak sesuai dengan gendernya merupakan fitrah seksualitasmanusia.
Hal ini tentu saja sangat mengkhawatirkan karena penyimpangan seksual tidak sesuai dengan ajaran agama Islam dan juga memberikan dampak negatif kepada keberlangsungan bangsa dan negara Indonesia.
Berikut beberapa fakta tentang kasus penyimpangan seksual, LGBT, di Indonesia :
1. Jumlah populasi LGBT di Indonesia adalah kelima terbesar di dunia setelah Cina, India, Eropa, dan Amerika. (Menurut survey CIA tahun 2015)
2. Setidaknya ada 1.095.970 gay di Indonesia berdasarkan data Kemenkes tahun 2012. Jumlah ini naik 37% dari tahun 2009.
3. Sekitar 3% penduduk Indonesia adalah pelaku LGBT
4. Terjadi pertumbuhan 10% gay di Indonesia setiap tahunnya.
Bahaya penyimpangan seksual, LGBT, :
1. LGBT tidak hanya menyerang dan menyasar remaja dan orang dewasa, tetapi juga menyerang anak di bawah umur dan anak di masa pertumbuhan.
2. Bisa membuat dampak trauma pada orang normal yang menjadi korban dan korban berpeluang menjadi “penerus” LGBT.
3. Bertambahnya peluang penyebaran penyakit Infeksi Menular Seks.
4. Depopulasi karena tidak mungkin pasangan sesama jenis bisa menghasilkan keturunan.
Karena dampak yang timbulkan dari kasus penyimpangan seksual sangatlah berbahaya bagi keberlangsungan bangsa dan negara, maka kita perlu tau, kira-kira apa sih yang menjadi penyebab terjadinya penyimpangan seksual.
*****
Menurut Elly Risman, 7 hal dalam pengasuhan yang membuat anak melakukan penyimpangan perilaku sosial:
  1. Orang tua tidak sadar bahwa anak adalah titipan
  2. Tujuan pengasuhan yang tidak jelas
  3. Ayah kurang terlibat dalam pengasuhan
  4. Komunikasi antara orang tua dan anak buruk
  5. Tidak terlibat langsung dalam mendidik agama anak
  6. Tidak disiapkan saat anak aqil baligh
Jika hal-hal tersebut dilakukan dalam pola pengasuhan, maka anak-anak akan mengalami kebosanan, kesepian, mudah marah & takut, stres serta kelelahandalam hidupnya. Anak-anak seperti inilah,yang mengalami kekosongan jiwa, yang menjadi sasaran empuk ponografi, narkoba hingga penyimpangan perilaku seksual.
*****
Pencegahan dengan cara Penguatan Bonding dalam Keluarga
📌Penyimpangan seksual terjadi ketika seseorang tidak menyadari fitrah seksualitasnya. Oleh karenanya, membangkitkan fitrah seksualitas menjadi hal yang penting dilakukan oleh sebuah keluarga. Cara yang bisa dilakukan antara lain pada usia 3-6 tahun, anak sebaiknya dekat dengan kedua orang tua (ayah dan ibu), melakukan banyak aktivitas bersama-sama, dan di masa inilah anak harus sudah bisa mengetahui saya laki-laki/perempuan. Lalu, setelah usia 7-10 tahun, anak didekatkan dg orang tua yang sama gendernya lalu bersama-sama melakukan aktivitas yang sesuai gendernya masing-masing.
📌LGBT banyak mengincar orang-orang yang latar belakang keluarganya berantakan atau orang tua yang tidak peduli dengan keseharian anaknya. Oleh karenanya diperlukan sosok orang tua yang mau lebih peduli terhadap anak-anaknya. Perbaiki komunikasi dengan anak, dan cobalah untuk lebih mengerti perasaannya.
📌Peran ayah dan ibu harus seimbang, ayah tidak boleh berlepas tangan dalam pengasuhan. Menurut psikolog Elly Risman (Nakita,2017) ,anak lelaki yang jarang beraktivitas dengan sang ayah dan lebih sering berinteraksi dengan ibu, berpotensi menjadi lebih feminin. Contohnya ia lebih sering menemani ibu ke salon dibandingkan mengutak-atik sepeda bersama ayah.
Anak perempuan yang kurang kasih sayang ayah akan membuatnya lebih nyaman jika mendapat kasih sayang dari teman atau sosok lain. Jika sosok tersebut memiliki masalah seksual, dapat ditebak apa yang akan terjadi pada anak.
📌Jangan tampakkan kekerasan/pertengkaran terhadap pasangan di hadapan anak. Menurut psikolog Lusi Triyani (Republika, 2013), bila ibu melakukan kekerasan terhadap ayah, maka harga diri ayah akan turun. Anak laki-laki akan cenderung tidak menyukai sosok perempuan, dan anak perempuan akan mencari sosok yg lebih lembut dari ibunya. Jika kekerasan didominasi lelaki (ayah), maka anak perempuan menjadi enggan menikah. Padahal kemampuan seksual terus tumbuh, dan jika saat itu ia didekati kaum sesama jenis yg membuat nyaman, ia akan terjerumus.
🗒Kedekatan dengan orang tua akan menjadi satu benteng bagi anak. Sebagaimana dalam kisah Nabi Yusuf, saat digoda oleh istri Al Aziz, beliau dapat menghindari maksiat karena oleh Allah ditampakkan wajah ayahnya (Nabi Yakub) yang menegurnya jika melakukan perbuatan maksiat. Oleh karenanya, meskipun kelak anak-anak terpisah dari orang tua, jika kedekatan telah terbangun, segala macam nasihat dan arahan akan menjadi benteng agar anak tak terjerumus pada penyimpangan seksual.🗒
*Pencegahan dengan Menutup Celah Pornografi dengan Kontrol Gadget yang digunakan*
Penyebaran LGBT identik dengan sesuatu yg bersifat pornografi. Seseorang bisa terjangkit karena penyalahgunaan teknologi atau gadget. LGBT bahkan bisa menyusup dalam media anak-anak seperti kartun (contohnya Spongebob dan Patrick yang diceritakan sebagai hubungan homoseksual. Atau pada film “Finding Dory”, di salah satu adegan terlihat ada pasangan perempuan yang membawa anak (meskipun ini masih kontroversi). Berikut beberapa cara untuk membatasi konten pada gadget dilansir dari de-tekno.com :
📱Aplikasi Youtube
1. Buka aplikasi, klik sign in( ikon gambar orang) untuk masuk ke dalam akun
2. Setelah masuk, klik menu dengan ikon tiga titik vertikal di pojok kanan atas
3. Klik settings, klik general
4. Di bagian restricted mode, klik ON
📱Setting search engine google
1. Geser halaman search engine google ke paling bawah
2. klik search setting, di bagian safesearch filter, klik “Filter explicit results”
3. Geser halaman ke bawah, klik save.
Untuk pembatasan melalui laptop, bisa dilihat langsung ke alamat : https://de-tekno.com/2016/01/settings-youtube-dan-search-engine-agar-aman-buat-anak-anak-kita/.
Tetap diperlukan pengawasan mata orang tua secara manual. Posisi anak dalam melihat gadget sebaiknya tidak tertutup sehingga orang tua masih bisa melihat apa yang dilihat oleh anak.
*Pencegahan dengan Mengikuti kaidah-kaidah dan dasar-dasar yg dicanangkan oleh Rasulullah SAW*
Dari buku “Prophetic Parenting” karya DR Muhammad Nur Abdul Hafizh Suwaid, dalam bab Mengarahkan kecenderungan seksual anak, terdapat kaidah-kaidah yang dicanangkan Rasulullah SAW, antara lain :
📌Melatih anak meminta izin ketika masuk rumah atau kamar orang tua yakni pada waktu sebelum sembahyang subuh, ketika tengah hari dan sesudah isya (QS An Nur 58-59)
Dengan dasar ini pula orang tua wajib menutup aurat mereka setiap saat di hadapan anak untuk membantunya mengalirkan naluri seksual secara alami dan tak terburu-buru.
📌Membiasakan anak menundukkan pandangan dan menutup aurat
Wajib membiasakan anak untuk menundukkan pandangan agar naluri seksual tidak matang sebelum waktunya. Adapun menutup aurat bisa dibiasakan sejak anak belajar solat.
📌Memisahkan tempat tidur anak saat menginjak usia 10 tahun
Maksudnya dua anak tidak tidur dalam satu selimut dan tidak satu tempat tidur, meskipun sesama jenis. Jika dalam satu tempat tidur tapi selimut terpisah, dibolehkan tapi semakin jauh semakin baik.
📌Melatih anak tidur miring ke kanan
Apabila anak tidur tengkurap, akan menyebabkan sering terjadinya gesekan pada organ reproduksi yang dpt membangunkan syahwatnya. Jika orang tua mendapati anak tidur tengkurap, maka bisa memperbaiki posisinya.
📌Menjauhkan anak dari ikhtilat lawan jenis
Bila anak perempuan terlalu banyak berinteraksi dengan lelaki, bisa menjadikan pola pikir dan sikapnya menjadi kelaki-lakian.
Selanjutnya, dari buku “Mendidik anak laki-laki” karya Adnan Hasan Shalih Baharits, disarankan untuk tidak membiarkan anak-anak bergaul dengan anak-anak yang sudah besar, kecuali terjamin dan meyakini keistiqomahan dan baiknya pendidikan mereka.
Dari beberapa kaidah tersebut, ada penekanan agar naluri seksual tidak tumbuh terlalu cepat. Hal ini dimungkinkan karena saat naluri seksual tumbuh terlalu cepat dan anak belum mencapai periode aqil baligh, maka interaksi yang banyak dilakukan adalah saat sedang bersama teman-temannya yang sesama jenis sehingga bisa terjadi penyimpangan seksual.
*Pencegahan Dengan Pembekalan Perlindungan Diri*
Pelaku LGBT bisa berasal dari mereka yg menjadi korban. Ajarkan anak tentang safety procedure. Berikut beberapa poin yang diambil dari kulwap El Hana Learning Kit oleh Devi Sani Rezki, M.psi. yang menyarikan buku Jane Wagner berjudul “Raising Safe Kids in an Unsafe World”:
📌Ajari anak untuk bisa bilang TIDAK atau TIDAK MAU jika ada hal yang membuat tak nyaman. It is better to bs safe than to be polite.
📌Identifikasi orang asing yakni yg tdk kenal dekat dengan kita. buat list orang asing dan list org yang bisa dipercaya
📌Hati-hati terhadap org yang mencurigakan. Misal : menawarkan permen, mengajak lihat anjing lucu, hati-hati terhadap pihak yg mengaku pihak otoritas spt satpam, polisi, guru
📌Jangan menghiraukan pembicaraan org asing. Langsung lari dan menjauh
📌Ajarkan bahwa tubuh anak adalah miliknya, beritahu tentang good touch dan bad touch, ajarkan anak untuk bilang stop atau tdk boleh jika ada yang hendak memberikan bad touch
📌Percaya pada insting
📌 Mundur 3 langkah.Hal ini dikarenakan child predator sangat cepat beraksi, jika ada jarak yang cukup, anak akan bisa lari.
📌 Teriak. Ajari anak untuk teriak sekencang-kencangnya. Bukan sekedar “Aaaa” tapi jelas “Tolong, saya diculik!” “Ini bukan bapak saya!” dsb.
Safe procedure ini harus disampaikan berulang dan diperlukan latihan agar anak semakin mengerti.
Sebagai penutup, dapat simpulkan bahwa penyimpangan orientasi seksual, LGBT, tidak sesuai dari ajaran agama dan memberikan dampak negatif bagi keberlangsungan bangsa dan negara. Oleh karena itu, orang tua bertanggung jawab agar fitrah seksualitas anak tumbuh secara natural dan tidak tergesa-gesa
https://www.google.com/amp/s/bilqzz.wordpress.com/2018/05/26/review-agar-kecenderungan-seksual-anak-terarah/amp/

Menjaga diri dari kejahatan seksual

BiaAkhir-akhir ini, pemberitaan di media massa sering diramaikan oleh berita mengenai kasus pelecehan seksual kepada anak. Hal ini tentu membuat para orang tua patut waspada. Tidak hanya memberikan pengawasan, orang tua semestinya juga melakukan cara-cara pencegahan agar anak terhindar dari fenomena mengerikan tersebut. Karenannya, berikut adalah beberapa tips yang sebaiknya Anda lakukan untuk menjaga anak dari pelecehan seksual.

1. Pelaku pelecehan kemungkinan adalah orang yang dikenal

Pelaku pelecehan kemungkinan adalah orang yang dikenal
Pelaku pelecehan kemungkinan adalah orang yang dikenal
Orang asing memiliki kemungkinan yang sangat kecil untuk melakukan pelecehan seksual kepada anak. Pada banyak kasus, pelaku pelecehan seksual ternyata adalah orang-orang terdekat yang sudah dikenal, mulai dari anggota keluarga sendiri, guru, pelatih, hingga teman. Oleh sebab itu, waspadalah jika ada orang terdekat yang terlihat mencurigakan saat berada di dekat anak.

2. Curigai orang dewasa beda gender yang selalu ingin berduaan dengan anak

 Curigai orang dewasa beda gender yang selalu ingin berduaan dengan anak
Curigai orang dewasa beda gender yang selalu ingin berduaan dengan anak
Ada saatnya ketika anak bermain dengan orang yang lebih dewasa seperti paman, sepupu, atau teman dari orang tua. Namun, waspadalah terhadap orang-orang yang lebih tua dari anak dan selalu berusaha untuk mendekati anak Anda. Terutama jika mereka sering sekali memberikan hadiah.

3. Sedikit protektif kepada anak

 Sedikit protektif kepada anak
Sedikit protektif kepada anak
Protektif kepada anak dalam porsi yang cukup tentu tidak ada salahnya. Sebagai orang tua, pastikan Anda tahu dengan siapa anak akan pergi bermain. Selain itu, jangan biarkan anak Anda menginap di rumah teman yang orang tuanya belum Anda kenal dengan baik.

4. Biasakan agar anak selalu berpakaian tertutup

sakan agar anak selalu berpakaian tertutup
Meskipun di dalam rumah, biasakan anak Anda untuk selalu berpakaian tertutup agar tidak menimbulkan efek merangsang saat orang lain melihat tubuhnya. Kebanyakan kasus pencabulan yang dilakukan oleh orang-orang terdekat terjadi karena cara berpakaian anak yang terbuka.

5. Berikan pemahaman tentang sentuhan yang boleh dan sentuhan yang tidak boleh

Berikan pemahaman tentang sentuhan yang boleh dan sentuhan yang tidak boleh
Berikan pemahaman tentang sentuhan yang boleh dan sentuhan yang tidak boleh
Perkenalkan dan berikan pemahaman kepada anak mengenai sentuhan yang boleh dan sentuhan yang tidak boleh. Sentuhan yang boleh adalah sentuhan yang dilakukan orang lain di bagian tangan, kaki, atau kepala anak. Sedangkan, sentuhan yang tidak boleh adalah sentuhan pada bagian yang tertutup baju atau baju dalam. Jika ada orang lain atau teman sekolah yang menyentuhnya di bagian yang tidak boleh, ajarkan anak Anda agar menghindar dan melapor ke orang tua atau guru.

6. Berikan pemahaman seks yang benar

Berikan pemahaman seks yang benar
Berikan pemahaman seks yang benar
Sebagian besar kasus pelecehan seksual terjadi karena anak tidak memiliki pemahaman seks yang benar, sehingga salah dalam menafsirkan. Karenanya, memberikan pemahaman seks yang benar kepada anak merupakan hal yang sangat penting untuk dilakukan para orang tua. Ketika anak sudah paham tentang seks dan bahayanya, maka dengan sendirinya mereka akan berusaha untuk menjaga diri dari ancaman seksualitas.

7. Berikan perhatian yang cukup dan jalin komunikasi yang baik dengan anak

Berikan perhatian yang cukup dan jalin komunikasi yang baik dengan anak
Berikan perhatian yang cukup dan jalin komunikasi yang baik dengan anak
Sebagai orang yang paling dekat dengan anak, orang tua khususnya ibu tentu harus mampu memberikan perhatian dan perlindungan kepada anak, utamanya kepada anak perempuan. Jalin komunikasi yang baik dengan anak agar mereka selalu terbuka dan tidak segan bercerita kepada Anda mengenai hal-hal yang menurutnya tidak wajar. Jika anak Anda tiba-tiba menjadi pendiam, sebagai orang tua Anda juga harus peka dan segera mencari tahu penyebabnya, karena perubahan sikap bisa menjadi tanda bahwa anak sedang mengalami suatu masalah.
Itulah beberapa tips untuk melindungi dan mencegah anak dari kasus pelecehan seksual. Semoga bermanfaat!

https://www.google.com/amp/s/www.educenter.id/7-tips-untuk-melindungi-anak-dari-pelecehan-seksual/amp/

Pengaruh media digital terhadap fitrah seksualitas

Ciri-Ciri Anak Era Digital  :

Anak-anak berlomba dalam membuat akun jejaring sosial seperti : path,instagram,facebook,twitter,youtube dan lain sebagainya, hal ini di lakukan sebagai bentuk perwujudan untuk dunia bahwa mereka ada Di era digital dalam hal privasi anak-anak lebih terbuka blak-blakan dan cenderung agresif Kebebasan bersekpresi, pada era digital ini anak-anak lebih cenderung ingin memperoleh kebebasan. Mereka tidak suka diatur dan dikekang. Mereka ingin memegang control dan internet menawarkan kebebasan berekspresi Dalam proses belajar mereka lebih gampang karena mereka dengan mudah dapat mengakses google,atau yahoo untuk mencari bahan pelajaran.

Bahaya Pornografi
1. Pornografi bisa menyebabkan kecanduan, dan apabila sudah kecanduan hal ini bisa mengakibatkan rusaknya otak di bagian Pre Frontal Cortex ( letaknya diatas alis kanan )
2. Pecandu pornografi tidak dapat mengambil keputusan dengan tepat sesuai logika, aturan dan norma, dan ia berpotensi kehilangan kontrol diri untuk melakukan adegan porno yang pernah dilihatnya.
3. Sulit berkonsentrasi.
4. Kecenderungan melakukan pelecehan seksual atau penyimpangan seksual.
 5. Meningkatnya jumlah kehamilan usia dini.

7 Cara Mengasuh Anak di Era Digital Menurut Ibu Elly Risman
1. Tanggung Jawab Penuh Ketika bicara mengenai pola asuh anak, peran seorang ibu seringkali dianggap hal paling utama. Padahal sosok ayah dalam mendidik anak tak kalah penting. Di era digital seperti sekarang ini, ayah dan ibu harus memiliki pandangan yang sama, yaitu sama-sama bertanggungjawab atas jiwa, tubuh, pikiran, keimanan, kesejahteraan anak secara utuh. Masih banyak orangtua muda masa kini yang melepaskan anak-anaknya secara total
2. Kedekatan Perlu adanya kedekatan antara ayah dan anak, juga ibu ke anak. Kedekatan ini bukan hanya berarti melekat dari kulit ke kulit, melainkan jiwa ke jiwa. Artinya, Anda dan pasangan tak bisa hanya sering memeluk sang anak namun juga harus dekat secara emosional.
3. Harus Jelas Tujuan Pengasuhan orangtua mulai merumuskan tujuan pengasuhan sejak anak dilahirkan. Perlu membuat kesepakatan bersama suami, prioritas apa saja yang diberikan kepada anak dan bagaimana cara pendekatannya.
4. Berbicara Baik-baik Orangtua harus belajar berbicara baik-baik dengan anak. Tidak boleh membohongi, lupa membahas keunikan anak, dan juga perlu membaca bahasa tubuh, serta mau mendengar perasaan anak. "Menyalahkan, memerintah, mencap, membandingkan, komunikasi seperti ini akan membuat anak merasa tak berharga, tak terbiasa memilih dan tak bisa mengambil keputusan."
 5. Mengajarkan Agama Menjadi kewajiban orangtua untuk mengajarkan anak-anaknya tentang agama. Pendidikan tentang agama perlu ditanam sejak sedini mungkin. Dalam hal ini, mengajarkan agama tak hanya terbatas ia bisa membaca Al-Qur'an misalnya, bisa berpuasa atau pergi ke gereja. Orangtua perlu menanamkan secara emosional agar anak menyukai aktivitas itu.
6. Persiapkan Anak Masuk Pubertas Kebanyakan orangtua malu membicarakan masalah seks dengan anak dan cenderung menghindarinya. Pembicaraan justru perlu dimulai sejak dini dengan bahasa yang mengikuti usianya. 7. Persiapkan Anak Masuk Era Digital Bukan berarti Anda harus memberikannya gadget sejak bayi. Namun mengajarkan anak jika penggunaan gadget ada waktunya dan memiliki batasan untuk itu. Akses internet pun perlu dibatasi untuk mencegah anak melihat situs yang tidak diinginkan. Kedepankan komunikasi sebagai pengganti gadget. Sebagai contoh, ajak anak bicara tiap kali pulang sekolah. Hal-hal di sekolah seperti tugas menumpuk, teman jahil atau guru menyebalkan sudah menjadi hal berat untuknya, berkomunikasi tentang perasaannya. Misalnya tanya perasaannya di hari itu, apa yang membuatnya bahagia dan apa yang membuatnya sedih. Dengan begitu, secara otomatis anak akan dengan mudah bercerita pada Anda tiap kali ia merasakan sesuatu.

"Ketika anak dibatasi dia pegang gadget, orangtua perlu beri alternatif lain. Tidak bisa kalau ibu atau ayahnya tidak di rumah. Contohnya ikuti les berenang, main basket, futsal, gitar atau apa yang disukai anak.
Kesimpulan Membesarkan anak di zaman millenial butuh usaha ekstra dibanding puluhan tahun yang lalu.
Perkembangan dunia digital tak hanya memberi kemudahan, malah kadang membuat gap antara orangtua dan anak. Perkembangan ini bak pisau bermata dua. Apabila salah digunakan bisa mencelakai penggunanya, semakin canggih perangkat dan media digital yang digunakan semakin "tajam pisau-nya". Ini membutuhkan ekstra tanggung jawab dari penggunanya, ataupun orang tua. Terutama didalam hal pendidikan seksualitas anak. Karena semakin maraknya konten-konten yang tidak layak untuk dilihat anak.

Upaya pencegahan yang bisa dilakukan adalah : 1. Dengan menanamkan pemahaman mengenai seksualitas sejak dini. 2. Mengenalkan adab dan batasan-batasan antara laki-laki dan perempuan. 3. Berani mengenalkan kepada anak mengenai nama dan fungsi organ vitalnya. 4. Menanamkan pemahaman tentang agama. 5. Membatasi penggunaan gadget sesuai usia. 6. Memfilter penggunaan internet dari situs-situs dan aplikasi yang mengandung pornografi ( Internet positif )

"Sesuai atau tidaknya perkembangan fitrah seksualitas anak ditentukan oleh orangtua". LET'S SAVE OUR CHILD!

Sumber Bacaan: Tim Penulis, 2013. Bunda Sayang: 12 Ilmu Dasar Mendidik Anak. Jakarta: Gazza Media. Santosa, Harry. Fitrah Based Education. Tarbiyatul Aulad Internet: https://wolipop.detik.com/read/2016/05/27/183233/3219694/857/7-tips-pengasuhan-anakdi-era-digital-dari-psikolog-elly-risman https://www.kompasiana.com/wiwikfarwati/5a030d5fa4b068400b55e5f2/pendidikan-untukanak-di-era-digital

Pentingnya aqil baligh secara bersamaan

Tanya :Menghadapi anak yg mulai beranjak remaja membuat orangtua belajar menjadi temannya…sampai batas dimana kita bertindak sebagai orangtua dan sampai batas mana kita bertindak sebagai teman ?
 Jawab :
Bunda yang baik,
Sesungguhnya Istilah remaja (adolescence / Teenager) tidak pernah dikenal Islam, bahkan menurut Prof Sarlito Wirawan, dunia dan peradaban manapun tidak pernah mengenal istilah remaja sampai abad 19. Remaja adalah kelas sosial yang diciptakan revolusi industri untuk kepentingan ekonomi dan politik.
Islam hanya mengenal istilah anak anak (sebelum aqilbaligh) dan pemuda (sesudah aqilbaligh), Secara biologis baligh ditandai dengan ihtilam pada anak lelaki dan haidh pada anak perempuan. Maka diharapkan kedewasaan psikologis, sosial, emosional juga bisa tiba bersamaan, agar jelas posisinya bahwa bukan anak anak lagi ketika aqilbaligh, Mengapa? Karena ketika aqil dan baligh bersamaan maka wajib memikul beban syariah dan statusnya sudah setara dengan orangtuanya. Maka peran orangtua ketika anak anaknya sudah jadi pemuda tentulah sebagai teman atau partner, ya karena sudah setara.
Cuma sayangnya banyak anak yang sudah baligh di usia 11-12 ternyata aqilnya ketika kelar kuliah di usia 22 – 24. Inilah sumber konflik dan masalah.
Jika di usia 0-7 peran orangtua sebagai fasilitator, usia 7 – 10 sebagai guide, usia 10- 15 sebagai coach/pembimbing akhlak/bakat, maka di usia di atas 15 peran orangtua sebagai Partner.
Ingat bahwa usia >15, anak anak kita, bukan anak anak lagi. Kesalahan terbanyak dan terbesar orangtua adalah terus menganggap dan memperlakukan mereka sebagai anak anak.
Sejak usia 14-15 ini sesungguhnya mereka sudah setara dengan kedua orangtuanya dalam syariah maupun status orangdewasa di masyarakat, walau baru punya KTP di usia 17.
Maka karena sudah “dewasa” mereka akan “susah diatur”, ini wajar. Tidak ada orang dewasa yang suka diatur. Mereka senang berkumpul dengan kelompoknya, ini wajar. Setiap orang dewasa akan punya “geng” atau jamaah yg sesuai minat dan pengakuan eksistensi sosial mereka. Dan seterusnya.
Karenanya, jika pendidikan tidak dipersiapkan agar dewasa psikologis, sosial, finansial dll tepat mandiri di usia 15, akan ada banyak masalah dan konflik. Misalnya tdak mau diatur, tapi tidak mampu mengatur dirinya sendiri. Suka ngegeng tapi bukan geng produktif dll. Suka menghabiskan sumberdaya tapi sama sekali tidak produktif.
Sebuah jurnal psikologi thn 2012, merekomendasikan para orangtua bersikap terhadap usia 15 ke atas sbb ;
1. Hentikan obrolan yang menganggap mereka anak anak
2. Kurangi tugas2 rutin rumah seperti cuci piring, mengepel dll, tetapi perbanyak tugas2 sosial untuk aktualisasi diri mereka seperti gerakan hijau, berdakwah, gerakan sosial, bukakan rekening dan bikinkan passport dan visa, magangkan kerja di perusahaan sendiri atau kolega, dll
3. Raja tega. Kalau melihat mereka masih seperti anak2, keenakan menjadi benalu di rumah, tidak fokus pada masa depan dll, maka “usir” mereka untuk mandiri, dorong untuk rantau, inapkan di tempat orang2 sholeh yang produktif di sosial dan bisnis dll Jika masih dinafkahi, beri mereka tekanan untuk memenuhi kebutuhan sendiri, kurangi subsidi dari 50% sampai zero.
4. Tetap cinta, tetap dorong tapi jangan merusak kedewasaan mereka dengan memfasilitasi banyak hal. Ingat bahwa secara syariah mereka telah aqilbaligh dan pemuda pria muslim tidak wajib dinafkahi lagi. Kita dilarang meninggalkan generasi lemah di belakang kita.
5. Jadikan mereka partner bisnis, partner dakwah, partner dalam perjuangan ayahbunda mewujudkan misi keluarga (tiap keluarga beda)

Tanya :
Ternyata salah faham ya slama ini dan ilmu baru buat kita smua, Bahwa aqil dan baligh adalah berbeda, mohon koreksinya ustad atas per nyataan saya bahwa aqil dan baligh berbeda, Apakah arti secara harfiahnya ustad ?
Jawab :
Aqil dan baligh memang berbeda
baligh artinya telah sampai (ini nature, alamiah)
aqil artinya telah beraqal (ini perlu pendidikan, nurture), secara istilah baligh adalah kedewasaan biologis
secara istilah aqil adalah kedewasaan selain biologis (psikologis, finansial, sosial, emosional dll)
keduanya adalah syarat seseorang dibebankan syariah.
jadi kalau tidak kita didik aqilnya, agar aqil dan baligh memenuhi syarat memikul syariah, lalu buat apa kita ajarkan sholat, puasa, zakat. alQuran dll.

https://www.google.com/amp/s/rumahkuadalahsekolahku.wordpress.com/2015/12/06/bincang-wa-homeeducation-bersama-ust-harry-santosa/amp/

Peran ayah dalam pendidikan fitrah seksualitas


Ketika usia 7 – 10 tahun, anak lelaki lebih didekatkan kepada ayah, karena di usia ini ego sentrisnya mereda bergeser ke sosio sentris, mereka sudah punya tanggungjawab moral, kemudian di saat yang sama ada perintah Sholat.
Maka bagi para ayah, tuntun anak untuk memahami peran sosialnya, diantaranya adalah sholat berjamaah, berkomunikasi secara terbuka, bermain dan bercengkrama akrab dengan ayah sebagai aspek pembelajaran untuk bersikap dan bersosial kelak, serta menghayati peran kelelakian dan peran keayahan di pentas sosial lainnya.
Wahai para Ayah, jadikanlah lisan anda sakti dalam narasi kepemimpinan dan cinta, jadikanlah tangan anda sakti dalam urusan kelelakian dan keayahan. Ayah harus jadi lelaki pertama yang dikenang anak anak lelakinya dalam peran seksualitas kelelakiannya. Ayah pula yang menjelaskan pada anak lelakinya tatacara mandi wajib dan konsekuensi memiliki sperma bagi seorang lelaki
Dalam islam seorang anak akan ikut nasab ayahnya. Nasab adalah pertanggungjawaban yang akan diminta dari seorang ayah. Berhasil atau gagalnya seorang ayah akan dimintai pertanggungjawaban sesuai nasabnya.
Berdasarkan Penelitian yang dilakukan oleh Elly Risman dari tahun 2008-2010, studi di 33 provinsi di Indonesia, menyatakan bahwa Indonesia salah satu negara paling “yatim” di dunia. Indonesia berada di peringkat ketiga sebagai fatherless country setelah Amerika.
Fatherless country merupakan sebuah negeri yang ditandai keadaan atau gejala dari masyarakatnya berupa kecenderungan tidak adanya peran, dan keterlibatan figur ayah secara signifikan dan hangat dalam kehidupan sehari-hari seorang anak di rumah. Mungkin tak jarang kita lihat ayah berangkat kerja pagi hari, bahkan sebelum anak bangun, lalu pulang sore hari bahkan malam saat anak telah tidur, waktu interaksi dengan anak amat sedikit.
Menurut Grimm-Wassil, ayah memiliki pengaruh dalam beberapa area khusus pada perkembangan anak, diantaranya ayah mengajarkan arti kebebasan yang bertanggungjawab, ayah meluaskan pandangan anak tentang dunia luar, pendisiplin yang tegas, serta tentu saja ayah adalah model laki-laki bagi anak.
Jadi peran ayah itu tidak hanya terbatas pada mencari nafkah harta saja tapi juga harus memberikan waktu dan kasih sayang, lebih jauh lagi ayah harus berperan sebagai role model bagi anak untuk belajar ketegasan dan kuat untuk menolak segala hal negatif yang ditawarkan oleh lingkungan luar atau teman sebayanya.
Bagi anak perempuan, ayah adalah cinta pertamanya. Jika anak perempuan mendapatkan cukup cinta dari ayahnya, dia tidak akan mencari cinta dari lelaki lain di luar rumah, hingga menjelang pernikahannya.
Bagi anak laki-laki, ayah adalah super hero pertamanya, idola pertamanya. Jika anak laki-laki tidak mendapatkan ayahnya sebagai super hero atau idola maka dia akan mencari super hero atau idola lain di luar rumahnya. Anak laki-laki juga butuh edukasi pada masa pubertasnya, oleh karena itu yang paling baik dalam mengedukasi hal tersebut adalah sang ayah.
Jadi apa yang seharusnya ayah lakukan untuk memaksimalkan perannya sebagai pemimpin keluarga untuk menghasilkan anak yang tumbuh sesuai dengan fitrah seksualitasnya?
  1. Kuatkan pondasi keimanan anak sejak dini
  2. Mendidik anak mulai dari aspek aqidah, akhlaq, sosial kemanusiaan dan jasmani
  3. Ajarkan anak untuk memabaca dan memahami Al-Quran
  4. Menjadi figur ayah sebagai sosok lelaki sejati dan menjadi panutan bagi anak
  5. Mendidik anak sesuai gendernya, seperti untuk anak laki-laki, latihlah ia untuk menjadi imam solat berjamaah, latih sikap kepemimpinan, latih untuk menjadi seorang yang bijak, dan latih keterampilan fisik. Untuk anak perempuan, perintahkan ia menutup aurat, bersama ibu, latihlah ia untuk senang mengerjakan pekerjaan rumah.
Pada akhirnya, sesibuk apapun seorang ayah dalam mencari nafkah, ia tetap wajib untuk memberikan waktu bagi anak-anaknya. Saat seorang ayah bisa meluangkan waktu yang lebih untuk mendidik anaknya, ayah bisa melihat dan berperan aktif dalam menumbuhkan fitrah seksualitas anak secara signifikan.

https://www.google.com/amp/s/iinchurinin.wordpress.com/2017/10/21/fitrah-seksualitas-anak-bu-elly-risman/amp/
https://www.google.com/amp/s/perahumerah.wordpress.com/2018/01/12/review-3-peran-ayah-dalam-menumbuhkan-fitrah-seksualitas-anak/amp/

Peran orang tua dalam pendidikan fitrah seksualitas

Jadi dalam mendidik fitrah seksualitas, figur ayah ibu senantiasa harus hadir sejak lahir sampai AqilBaligh. Sedangkan dalam proses pendidikan berbasis fitrah, mendidik fitrah seksualitas ini memerlukan kedekatan yang berbeda beda untuk tiap tahap.
Usia 0-2 tahun, anak lelaki dan perempuan didekatkan pada ibunya karena ada menyusui, di usia 3 – 6 tahun anak lelaki dan anak perempuan harus dekat dengan ayah ibunya agar memiliki keseimbangan emosional dan rasional apalagi anak sudah harus memastikan identitas seksualitasnya sejak usia 3 tahun.
Kedekatan paralel ini membuat anak secara imaji mampu membedakan sosok lelaki dan perempuan, sehingga mereka secara alamiah paham menempatkan dirinya sesuai seksualitasnya, baik cara bicara, cara berpakaian maupun cara merasa, berfikir dan bertindak sebagai lelaki atau sebagai perempuan dengan jelas. Ego sentris mereka harus bertemu dengan identitas fitrah seksualitasnya, sehingga anak di usia 3 tahun dengan jelas mengatakan “saya perempuan” atau “saya lelaki”
Bila anak masih belum atau tidak jelas menyatakan identitas gender di usia ini (umumnya karena ketiadaan peran ayah ibu dalam mendidik) maka potensi awal homo seksual dan penyimpangan seksualitas lainnya sudah dimulai.
Ketika usia 7 – 10 tahun, anak lelaki lebih didekatkan kepada ayah, karena di usia ini ego sentrisnya mereda bergeser ke sosio sentris, mereka sudah punya tanggungjawab moral, kemudian di saat yang sama ada perintah Sholat

10 – 14? Nah inilah tahap kritikal, usia dimana puncak fitrah seksualitas dimulai serius menuju peran untuk kedewasaan dan pernikahan.
Di tahap ini secara biologis, peran reproduksi dimunculkan oleh Allah SWT secara alamiah, anak lelaki mengalami mimpi basah dan anak perempuan mengalami menstruasi pada tahap ini. Secara syahwati, mereka sudah tertarik dengan lawan jenis.
Maka agama yang lurus menganjurkan pemisahan kamar lelaki dan perempuan, serta memberikan warning keras apabila masih tidak mengenal Tuhan secara mendalam pada usia 10 tahun seperti meninggalkan sholat. Ini semua karena inilah masa terberat dalam kehidupan anak, yaitu masa transisi anak menuju kedewasaan termasuk menuju peran lelaki dewasa dan keayahan bagi anak lelaki, dan peran perempuan dewasa dan keibuan bagi anak perempuan.
Maka dalam pendidikan fitrah seksualitas, di tahap usia 10-14 tahun, anak lelaki didekatkan ke ibu, dan anak perempuan didekatkan ke ayah. 

Fitrah seksualitas pada anak


Fitrah Seksualitas Anak- Bu Elly Rism

FITRAH SEKSUALITAS
By: Elly Risman Musa
Punya suami yang kasar? Kaku? Garing dan susah memahami perasaan istrinya? Tidak mesra dgn anak? Coba tanyakan, beliau pasti tak dekat dengan ibunya ketika masa anak sebelum aqilbaligh.
Punya suami yang “sangat tergantung” pada istrinya? Bingung membuat visi misi keluarga bahkan galau menjadi ayah? Coba tanyakan, beliau pasti tak dekat dengan ayahnya ketika masa anak.
Kok sebegitunya?
Ya! karena figur ayah dan ibu harus ada sepanjang masa mendidik anak anak sejak lahir sampai aqilbaligh, tentu agar fitrah seksualitas anak tumbuh indah paripurna.
Pendidikan fitrah seksualitas berbeda dengan pendidikan seks. Pendidikan fitrah seksualitas dimulai sejak bayi lahir.
Fitrah seksualitas adalah tentang bagaimana seseorang berfikir, merasa dan bersikap sesuai fitrahnya sebagai lelaki sejati atau sebagai perempuan sejati.
Menumbuhkan Fitrah ini banyak tergantung pada kehadiran dan kedekatan pada Ayah dan Ibu.
Riset banyak membuktikan bahwa anak anak yang tercerabut dari orangtuanya pada usia dini baik karena perang, bencana alam, perceraian, dll akan banyak mengalami gangguan kejiwaan, sejak perasaan terasing (anxiety), perasaan kehilangan kelekatan atau attachment, sampai kepada depresi. Kelak ketika dewasa memiliki masalah sosial dan seksualitas seperti homoseksual, membenci perempuan, curiga pada hubungan dekat dsbnya.
Jadi dalam mendidik fitrah seksualitas, figur ayah ibu senantiasa harus hadir sejak lahir sampai AqilBaligh. Sedangkan dalam proses pendidikan berbasis fitrah, mendidik fitrah seksualitas ini memerlukan kedekatan yang berbeda beda untuk tiap tahap.
Usia 0-2 tahun, anak lelaki dan perempuan didekatkan pada ibunya karena ada menyusui, di usia 3 – 6 tahun anak lelaki dan anak perempuan harus dekat dengan ayah ibunya agar memiliki keseimbangan emosional dan rasional apalagi anak sudah harus memastikan identitas seksualitasnya sejak usia 3 tahun.
Kedekatan paralel ini membuat anak secara imaji mampu membedakan sosok lelaki dan perempuan, sehingga mereka secara alamiah paham menempatkan dirinya sesuai seksualitasnya, baik cara bicara, cara berpakaian maupun cara merasa, berfikir dan bertindak sebagai lelaki atau sebagai perempuan dengan jelas. Ego sentris mereka harus bertemu dengan identitas fitrah seksualitasnya, sehingga anak di usia 3 tahun dengan jelas mengatakan “saya perempuan” atau “saya lelaki”
Bila anak masih belum atau tidak jelas menyatakan identitas gender di usia ini (umumnya karena ketiadaan peran ayah ibu dalam mendidik) maka potensi awal homo seksual dan penyimpangan seksualitas lainnya sudah dimulai.
Ketika usia 7 – 10 tahun, anak lelaki lebih didekatkan kepada ayah, karena di usia ini ego sentrisnya mereda bergeser ke sosio sentris, mereka sudah punya tanggungjawab moral, kemudian di saat yang sama ada perintah Sholat.
Maka bagi para ayah, tuntun anak untuk memahami peran sosialnya, diantaranya adalah sholat berjamaah, berkomunikasi secara terbuka, bermain dan bercengkrama akrab dengan ayah sebagai aspek pembelajaran untuk bersikap dan bersosial kelak, serta menghayati peran kelelakian dan peran keayahan di pentas sosial lainnya.
Wahai para Ayah, jadikanlah lisan anda sakti dalam narasi kepemimpinan dan cinta, jadikanlah tangan anda sakti dalam urusan kelelakian dan keayahan. Ayah harus jadi lelaki pertama yang dikenang anak anak lelakinya dalam peran seksualitas kelelakiannya. Ayah pula yang menjelaskan pada anak lelakinya tatacara mandi wajib dan konsekuensi memiliki sperma bagi seorang lelaki.
Begitupula anak perempuan didekatkan ke ibunya agar peran keperempuanan dan peran keibuannya bangkit. Maka wahai para ibu jadikanlah tangan anda sakti dalam merawat dan melayani, lalu jadikanlah kaki anda sakti dalam urusan keperempuanan dan keibuan.
Ibu harus jadi wanita pertama hebat yang dikenang anak anak perempuannya dalam peran seksualitas keperempuanannya. Ibu pula orang pertama yang harus menjelaskan makna konsekuensi adanya rahim dan telur yang siap dibuahi bagi anak perempuan.
Jika sosok ayah ibu tidak hadir pada tahap ini, maka inilah pertanda potensi homoseksual dan kerentanan penyimpangan seksual semakin menguat.
Lalu bagaimana dengan tahap selanjutnya, usia 10 – 14? Nah inilah tahap kritikal, usia dimana puncak fitrah seksualitas dimulai serius menuju peran untuk kedewasaan dan pernikahan.
Di tahap ini secara biologis, peran reproduksi dimunculkan oleh Allah SWT secara alamiah, anak lelaki mengalami mimpi basah dan anak perempuan mengalami menstruasi pada tahap ini. Secara syahwati, mereka sudah tertarik dengan lawan jenis.
Maka agama yang lurus menganjurkan pemisahan kamar lelaki dan perempuan, serta memberikan warning keras apabila masih tidak mengenal Tuhan secara mendalam pada usia 10 tahun seperti meninggalkan sholat. Ini semua karena inilah masa terberat dalam kehidupan anak, yaitu masa transisi anak menuju kedewasaan termasuk menuju peran lelaki dewasa dan keayahan bagi anak lelaki, dan peran perempuan dewasa dan keibuan bagi anak perempuan.
Maka dalam pendidikan fitrah seksualitas, di tahap usia 10-14 tahun, anak lelaki didekatkan ke ibu, dan anak perempuan didekatkan ke ayah. Apa maknanya?
Anak lelaki didekatkan ke ibu agar seorang lelaki yang di masa balighnya sudah mengenal ketertarikan pada lawan jenis, maka di saat yang sama harus memahami secara empati langsung dari sosok wanita terdekatnya, yaitu ibunya, bagaimana lawan jenisnya harus diperhatikan, dipahami dan diperlakukan dari kacamata perempuan bukan kacamata lelaki. Bagi anak lelaki, ibunya harus menjadi sosok wanita ideal pertama baginya sekaligus tempat curhat baginya.
Anak lelaki yang tidak dekat dengan ibunya di tahap ini, tidak akan pernah memahami bagaimana memahami perasaan, fikiran dan pensikapan perempuan dan kelak juga istrinya. Tanpa ini, anak lelaki akan menjadi lelaki yg tdk dewasa, atau suami yang kasar, egois dsbnya.
Pada tahap ini, anak perempuan didekatkan ke ayah agar seorang perempuan yang di masa balighnya sudah mengenal ketertarikan pada lawan jenis, maka disaat yang sama harus memahami secara empati langsung dari sosok lelaki terdekatnya, yaitu ayahnya, bagaimana lelaki harus diperhatikan, dipahami dan diperlakukan dari kacamata lelaki bukan kacamata perempuan. Bagi anak perempuan, ayahnya harus menjadi sosok lelaki ideal pertama baginya sekaligus tempat curhat baginya.
Anak perempuan yang tidak dekat ayahnya di tahap ini, kelak berpeluang besar menyerahkan tubuh dan kehormatannya pada lelaki yang dianggap dapat menggantikan sosok ayahnya yang hilang dimasa sebelumnya.
Semoga kita dapat merenungi mendalam dan menerapkannya dalam pendidikan fitrah seksualitas anak anak kita, agar anak anak lelaki kita tumbuh menjadi lelaki dan ayah sejati, dan agar anak anak perempuan kita tumbuh menjadi perempuan dan ibu sejati.
Agar para propagandis homo seksualitas tidak lebih pandai menyimpangkan fitrah seksualitas anak anak kita daripada kepandaian kita menumbuhkan fitrah seksualitas anak anak kita. Agar ahli kebathilan gigit jari berputus asa, karena kita lebih ahli dan berdaya mendidik fitrah anak anak kita.
Salam Pendidikan Peradaban
#pendidikanberbasisfitrahdanakhlak
https://www.google.com/amp/s/iinchurinin.wordpress.com/2017/10/21/fitrah-seksualitas-anak-bu-elly-risman/amp/

Perbedaan gender

https://www.kompasiana.com/nabila_arfandini/5aa714c8cf01b4239f5216d2/mari-tanamkan-konsep-gender-pada-anak



Assalamualaikum readers...
Menanamkan pendidikan gender pada anak harus dimulai sejak dini untuk mengetahui konsep diri secara utuh. Agama Islam merupakan keyakinan yang tegas dalam menerapkan konsep gender. Dalam Islam terdapat aturan yang terperinci berkenaan dengan peran dan fungsi laki-laki dan perempuan dalam menjalani kehidupan. 
"Terdapat perbedaan dan persamaan yang tidak bisa dipandang sebagai adanya kesetaraan atau ketidak setaraan gender," kata Dra. Elly Risman Musa, Psi. Agama menjadi dasar atau patokan semasa orangtua mendidik anak dalam masalah gender. Orangtua harus menambah pemahaman agamanya tentang gender agar orangtua mampu berperan untuk buah hati mereka.
Pendidikan agama anak dimulai dari lingkungan keluarga. Sebab dari sinilah benteng anak akan lebih kokoh. Didikan bagi anak laki-laki dan perempuan harus sesuia dengan fitrah nilai-nilai agama. Pengenalan gender pada anak sebaiknya dimulai dari orangtua sebelum anak mendapatkannya di lingkungan sekolah. Karena orangtua menjadi idola utama dan terdekat anak yang akan menjadi role model, dan sosok pribadi yang akan selalu ditiru oleh anak.
Tahapan awal yang dilakukan orangtua yaitu mengenalkan pakaian yang dikenakan anak. Setelan pakaian anak laki-laki yaitu celana, kemeja, peci, maka untuk anak perempuan pakaianya adalah rok, jilbab, gamis, baju berwarna cerah dan bergambar bunga dan sebagainya. Ketika orangtua mengajarkan konsep gender pada anak, mereka harus menyadari bahwa otak anak laki-laki dengan anak perempuan terdapat perbedaan sistem dan fungsi.
Perbedaan tersebut meliputi kapasitas otak dalam menerima perintah dan informasi. Maka dari itu orangtua yang berbicara dengan anak laki-laki harus sebisa mungkin mengurangi perintah dan menyampaikan informasi yang jelas dan mudah dipahami anak. Berbicara dengan anak perempuan harus menggunakan kesabaran yang penuh dan mendetail. Orangtua jaman sekarang harus benar-benar memberikan konsep gender dengan secara tegas agar anak memahaminya.
Menurut alumnus Universitas Indonesia, orangtua harus mengajarkan kepada anak untuk mengetahui siapa dirinya sendiri. Menanamkan konsep gender pada anak memiliki dampak pada perkembangan dan pembentukan pola perilaku dan kepribadian anak ketika dewasa.
Oleh karena itu semua informasi yang benar dan berkaitan dengan peran gender harus ditanamkan secara tepat dan benar agar tertanam dalam memori jangka panjang anak dan mereka mampu menerapkannya. Dra.Elly Risman berpendapat bahwa bentuk dari pendidikan seksualitas, yang harus diajarkan sejak dini. Dengan pengajaran yang sesuai kapasitas anak, orangtua bisa melakukan berbagai metode yang bersifat konkrit dan berorientasi.
"Ketika mengenalkan alat vital pada anak harus sesuai dengan kenyataan, harus dengan sebutan vagina dan penis bukan yang lain," kata Elly Risman.
Orangtua bisa memulai pendidikan seks pada anak mereka ketika menjelang pubertas tentang perubahan fisik yang dialami anak, serta hal-hal yang erat kaitanya denga perubahan fisik menjelang pubertas lainya. Seperti halnya menstruasi, pembalut, mimpi basah, dan sebagainya harus diajarkan kepada anak secara sopan dan ramah. Elly Risman mengatakan bahwa salah satu aspek pengembangan konsep diri dan kepibadian anak yaitu menyadari tentang adanya peran gender yang harus diketahui anak. Karena hal ini sangat berpengaruh terhadap perkembangan anak untuk masa depannya kelak.
Semoga bermanfaat. Wassalam