Tuesday 20 August 2019

Pentingnya aqil baligh secara bersamaan

Tanya :Menghadapi anak yg mulai beranjak remaja membuat orangtua belajar menjadi temannya…sampai batas dimana kita bertindak sebagai orangtua dan sampai batas mana kita bertindak sebagai teman ?
 Jawab :
Bunda yang baik,
Sesungguhnya Istilah remaja (adolescence / Teenager) tidak pernah dikenal Islam, bahkan menurut Prof Sarlito Wirawan, dunia dan peradaban manapun tidak pernah mengenal istilah remaja sampai abad 19. Remaja adalah kelas sosial yang diciptakan revolusi industri untuk kepentingan ekonomi dan politik.
Islam hanya mengenal istilah anak anak (sebelum aqilbaligh) dan pemuda (sesudah aqilbaligh), Secara biologis baligh ditandai dengan ihtilam pada anak lelaki dan haidh pada anak perempuan. Maka diharapkan kedewasaan psikologis, sosial, emosional juga bisa tiba bersamaan, agar jelas posisinya bahwa bukan anak anak lagi ketika aqilbaligh, Mengapa? Karena ketika aqil dan baligh bersamaan maka wajib memikul beban syariah dan statusnya sudah setara dengan orangtuanya. Maka peran orangtua ketika anak anaknya sudah jadi pemuda tentulah sebagai teman atau partner, ya karena sudah setara.
Cuma sayangnya banyak anak yang sudah baligh di usia 11-12 ternyata aqilnya ketika kelar kuliah di usia 22 – 24. Inilah sumber konflik dan masalah.
Jika di usia 0-7 peran orangtua sebagai fasilitator, usia 7 – 10 sebagai guide, usia 10- 15 sebagai coach/pembimbing akhlak/bakat, maka di usia di atas 15 peran orangtua sebagai Partner.
Ingat bahwa usia >15, anak anak kita, bukan anak anak lagi. Kesalahan terbanyak dan terbesar orangtua adalah terus menganggap dan memperlakukan mereka sebagai anak anak.
Sejak usia 14-15 ini sesungguhnya mereka sudah setara dengan kedua orangtuanya dalam syariah maupun status orangdewasa di masyarakat, walau baru punya KTP di usia 17.
Maka karena sudah “dewasa” mereka akan “susah diatur”, ini wajar. Tidak ada orang dewasa yang suka diatur. Mereka senang berkumpul dengan kelompoknya, ini wajar. Setiap orang dewasa akan punya “geng” atau jamaah yg sesuai minat dan pengakuan eksistensi sosial mereka. Dan seterusnya.
Karenanya, jika pendidikan tidak dipersiapkan agar dewasa psikologis, sosial, finansial dll tepat mandiri di usia 15, akan ada banyak masalah dan konflik. Misalnya tdak mau diatur, tapi tidak mampu mengatur dirinya sendiri. Suka ngegeng tapi bukan geng produktif dll. Suka menghabiskan sumberdaya tapi sama sekali tidak produktif.
Sebuah jurnal psikologi thn 2012, merekomendasikan para orangtua bersikap terhadap usia 15 ke atas sbb ;
1. Hentikan obrolan yang menganggap mereka anak anak
2. Kurangi tugas2 rutin rumah seperti cuci piring, mengepel dll, tetapi perbanyak tugas2 sosial untuk aktualisasi diri mereka seperti gerakan hijau, berdakwah, gerakan sosial, bukakan rekening dan bikinkan passport dan visa, magangkan kerja di perusahaan sendiri atau kolega, dll
3. Raja tega. Kalau melihat mereka masih seperti anak2, keenakan menjadi benalu di rumah, tidak fokus pada masa depan dll, maka “usir” mereka untuk mandiri, dorong untuk rantau, inapkan di tempat orang2 sholeh yang produktif di sosial dan bisnis dll Jika masih dinafkahi, beri mereka tekanan untuk memenuhi kebutuhan sendiri, kurangi subsidi dari 50% sampai zero.
4. Tetap cinta, tetap dorong tapi jangan merusak kedewasaan mereka dengan memfasilitasi banyak hal. Ingat bahwa secara syariah mereka telah aqilbaligh dan pemuda pria muslim tidak wajib dinafkahi lagi. Kita dilarang meninggalkan generasi lemah di belakang kita.
5. Jadikan mereka partner bisnis, partner dakwah, partner dalam perjuangan ayahbunda mewujudkan misi keluarga (tiap keluarga beda)

Tanya :
Ternyata salah faham ya slama ini dan ilmu baru buat kita smua, Bahwa aqil dan baligh adalah berbeda, mohon koreksinya ustad atas per nyataan saya bahwa aqil dan baligh berbeda, Apakah arti secara harfiahnya ustad ?
Jawab :
Aqil dan baligh memang berbeda
baligh artinya telah sampai (ini nature, alamiah)
aqil artinya telah beraqal (ini perlu pendidikan, nurture), secara istilah baligh adalah kedewasaan biologis
secara istilah aqil adalah kedewasaan selain biologis (psikologis, finansial, sosial, emosional dll)
keduanya adalah syarat seseorang dibebankan syariah.
jadi kalau tidak kita didik aqilnya, agar aqil dan baligh memenuhi syarat memikul syariah, lalu buat apa kita ajarkan sholat, puasa, zakat. alQuran dll.

https://www.google.com/amp/s/rumahkuadalahsekolahku.wordpress.com/2015/12/06/bincang-wa-homeeducation-bersama-ust-harry-santosa/amp/

0 comments:

Post a Comment