Ya, ini satu step lagi yang dinanti-nantikan. Sampai usia 26
bulan, aisyah masih suka “lost control”. Mengatakan mau pipis tapi sudah basah
celananya. J
kalau BAB Alhamdulillah sudah bisa menunjukkan tanda-tanda dan “melapor”
sebelum kejadian.
And this is the information I’ve found…
Sebenarnya tidak ada waktu yang ideal kapan proses memulai
toilet training. Beberapa anak bisa mengembangkan kemampuan fisik dan
kognitifnya lebih awal antara usia 18 sampai 24 bulan, dan beberapa lainnya
belum juga siap sampai mereka berusia 3 atau 4 tahun. Sebagian bisa berproses
hanya dalam beberapa hari sedangkan yang lain bisa memakan waktu hingga setahun
atau lebih.
Apa sebenarnya yang menjadi penyebab adanya range usia yang begitu besar dalam
proses toilet training ini? Jawabannya adalah Timing atau waktu yang tepat. Pada sebagian besar anak-anak proses
toilet training bisa berlangsung 3 sampai 6 bulan, tapi kalau kita menemukan
waktu yang tepat prosesnya tidak akan selama itu. “if you catch them
when they’re ready, it may only take a month” kata ahli tumbuh kembang,
Denise Aloisio, New York. “tapi, kalau kita melewatkan signal atau tidak menunggu waktu yang tepat, prosesnya bisa jadi 6
bulan atau lebih”
Dan tradaaa.. inilah tanda kesiapan anak untuk toilet
training..
Anak kita harus siap secara fisik, artinya dia bisa menahan
kencing dan tetap kering dalam 2 jam atau lebih (ini berarti kandung kemihnya
sudah cukup baik menyimpan urin). Anak-anak juga mampu untuk mengenali
tanda-tanda fisik kapan mereka harus ke kamar kecil/ potty training dan melakukan sesuatu sebelum BAK. Dan lebih mudah
lagi jika mereka bisa membuka dan memakai celana sendiri.
Kesiapan mental dan fisik bukan satu-satunya faktor.
Kuncinya adalah motivasi. Jika anak-anak sudah menunjukkan kemandirian dan
ketertarikan meniru urusan kamar mandi orang lain, mungkin ini waktu yang tepat
untuk memulai prosesnya. Anak-anak mungkin menemukan bagaimana menahan BAB
terlebih dahulu sebelum mereka belajar pipis ditempatnya karena lebih sulit
bagi mereka menahan pipis dibanding menahan BAB.
Lalu bagaimana caranya?
Be slow, bunda.. Anak-anak memiliki perkembangannya sendiri,
pekerjaan kita adalah membuat proses toilet training ini senatural mungkin dan
tidak menakutkan. Keep relax and
positive J
kalau menggunakan potty training, perkenalkan anak-anak terlebih dahulu dengan
benda ini. Biarkan mereka bermain dengannya, mendudukkan boneka diatasnya,
mengajak mereka duduk sehingga mereka merasakan bagaimana duduk diatasnya. Lalu
jelaskan bagaimana potty training ini digunakan dalam bahasa sederhana yang
mereka pahami.
Bolehlah sesekali anak melihat bagaimana ayah dan bundanya
menggunakan toilet dibeberapa kesempatan. Mereka mungkin lebih tertarik dengan
hanya melihat contohnya. Melihat ayah/bundanya mencontohkan menghilangkan
ketakutan mereka akan hal-hal baru.
Hati-hati jangan menekan anak dan tergesa-gesa. Kadangkala
ada hal-hal yang terasa menjadi alasan yang tepat bagi orang dewasa untuk
menekan anak-anak segera melewati proses toilet training dalam waktu singkat,
semisal ketika sang adik akan segera lahir, segera sebelum anak preschool, atau ketika merencanakan
pindah ke rumah baru. Tetapi, anak-anak ini mempunyai pemikiran berbeda, dan
semakin mereka mengetahui “hidden agenda”
kita, semakin sungkan mereka mengikutinya. Jadi, biarkan anak-anak
“memiliki” pengalamannya sendiri..
Keterangan lengkapnya bisa dibaca pada halaman http://www.babycentre.com
Disaat anak-anak pipis dilantai, kita sedang memasak, masih
dalam keadaan kompor menyala, sudah jalan-jalan pula sang buah hati berkeliling
ruangan, diantara udara siang hari yang panas dan perut yang mulai
keroncongan.. ah, kesabaran itu seharusnya memang tidak berbatas.. saat “ujian”
itu datang, saya seringkali membayangkan ini adalah sesuatu kerepotan yang lucu
jika diceritakan, untuk menghilangkan emosi negatif, beristighfar, kadang saya
minta aisyah mencium pipi, bismillah bersihkan saja bunda, insyaAlloh ada
pahala yang akan didapat.. harus banyak-banyak belajar..